Sabtu, 04 November 2017

Praktikum Bahan Bangunan Laut 1

       Rabu, 27 September 2017 - CIBE lantai B1 Institut Teknologi Bandung, hari tersebut merupakan hari pertama kelas NIM kecil melaksanakan praktikum Bahan  Bangunan Laut yang dilaksanakan di labortoruim rekayasa struktur. Praktikum hari ini adalah uji kelayakan dan parameter bahan bahan pembuat beton yang meliputi 6 modul sekaligus. Hal-hal tersebut antara lain adalah:
- Pemeriksaan Berat Volume Agregat

- Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar
- Pemeriksaaan Kadar Organik dalam Agregat Halus
- Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus
- Pemeriksaan Kadar Air Agregat
- Berat Jenis dan Penyerapan Agregat



1.  Pemeriksaan Berat Volume Agregat
             Tujuan Percobaan
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan berat volume agregat halus, kasar atau campuran yang didefinisikan sebagai perbandingan antara berat material kering dan volumenya
             Alat dan Bahan
      Alat
a)      Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh
b)      Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
c)      Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm yang ujungnya bulat, terbuat dari baja tahan karat
d)     Mistar perata
e)      Sekop
f)   Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang berkapasitas berikut :

Tabel Spesifikasi Wadah Baja yang Digunakan dalam Praktikum
Kapasitas
Diameter
Tinggi
Tebal Wadah Minimum (mm)
Ukuran Maksimum Agregat (mm)
Dasar
Sisi
2,832
152,4 ± 2,5
152,4 ± 2,5
5,08
2,54
12,70
9,345
203,2 ± 2,5
292,1 ± 2,5
5,08
2,54
25,40
14,158
254,0 ± 2,5
279,4 ± 2,5
5,08
3,00
38,10
28,316
355,6 ± 2,5
284,4 ± 2,5
5,08
3,00
101,60

      Bahan
Bahan yang digunakan adalah agregat kasar dan agregat halus dalam kondisi kering.
            Prosedur Pemeriksaan
Masukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah sesuai dengan tabel 3.1. Keringkan dengan oven pada suhu (110 ± 5)oC sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji.
a.       Berat Isi Lepas
·         Timbang dan catatlah berat wadah (W1).
·         Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan dengan menggunakan sendok atau sekop sampai penuh.
·         Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
·         Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2).
·         Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1).
b.      Berat isi agregat ukuran butir maksimum 38,1 mm (1,5”) dengan cara penusukan
·         Timbang dan catat berat wadah (W1).
·         Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditusukkan sebanyak 25 kali secara merata.
·         Ratakan permukaan dengan menggunakan mistar perata.
·         Timbang dan catatlah berat benda wadah beserta benda uji (W2)
·         Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 - W1).

penimbangan agregat           
pemadatan agregat

             Hasil Percobaan
Berat isi agregat =  (kg/m3)  ;  V = isi wadah (m3)

Tabel Hasil Pemeriksaan Berat Volume Agregat
Observasi I (Agragat Halus) Kelompok 7

Padat
Gembur
A.                       Volume  wadah
  2,781 liter
  2,781 liter
B.                        Berat wadah
  2,676 kg
  2,676 kg
C.                        Berat wadah + benda uji
  7,52 kg
  7,08 kg
D.                       Berat benda uji (C-B)
  4,844 kg
  4,404 kg

Berat volume :    


1,742 kg/l

1,584 kg/l
Observasi II Kelompok 5

Padat
Gembur
A.                       Volume  wadah
2.781
2.781
B.                        Berat wadah
  2.676
  2.676
C.                        Berat wadah + benda uji
 7.025
6.679
D.                       Berat benda uji (C-B)
4.349
4.003

Berat volume :    

1.5638

1.4394
Berat volume rata-rata 1.6529 1.5117



Observasi I (Agragat Kasar) Kelompok 7

PadatGembur
A. Volume  wadah
2,781 liter2,781 liter
B. Berat wadah2,676 kg2,676 kg
C. Berat wadah + benda uji  7.52 kg7.08 kg
D. Berat benda uji (C-B)4,844 kg4.404 kg
Berat volume1,74 kg/l1,583 kg/l
Observasi II Kelompok 5

PadatGembur
A. Volume  wadah
2.781 liter2.781 liter
B. Berat wadah2.676 kg2.676 kg
C. Berat wadah + benda uji7.52 kg7.08 kg
D. Berat benda uji (C-B)4.844 kg4.404 kg
Berat volume1.74 kg1.583 kg
Berat volume rata – rata :1.74 kg/l1.583 kg/l




               Analisis
Pada percobaan tersebut, didapatkan berat volume agregat kasar pada kondisi gembur adalah 1,583 Kg/L. Sedangkan, berat volume agregat kasar pada kondisi padat adalah 1,74 Kg/L. selain itu, didapatkan berat volume agregat halus pada kondisi gembur adalah 1,583 Kg/L. Sedangkan, berat volume agregat halus pada kondisi padat adalah 1,74 Kg/L.
Dari data percobaan diatas didapatkan bahwa berat volume padat baik pada agregat kasar maupun agregat halus lebih berat daripada berat volume gembur. Hal ini terjadi karena perlakuan yang berbeda pada kedua percobaan tersebut yaitu dipadatkan dan tidak dipadatkan. Pada saat agregat dipadatkan maka rongga udara di sela-sela terisi sehingga rongga udara pada kondisi padat lebih sedikit daripada saat kondisi gembur.
2.  Analisis Saringan Agregat Halus
            Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus. Data perencanaan distribusi pada agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton. Pelaksanaan penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat halus dan agregat kasar. Alat yang digunakan adalah seperangkat saringan dengan ukuran jaring – jaring tertentu.
            Alat dan Bahan
      Alat
a)      Timbangan dan neraca ketelitian 0,2% dari berat benda uji.
b)      Seperangkat saringan dengan ukuran:

Tabel Spesifikasi Saringan Agregat Halus
Nomor Saringan
Ukuran Lubang
Keterangan
Mm
Inci
-
9,5
3/8
Perangkat saringan untuk agregat halus

Berat minimum contoh:
500 gr
No. 4
4,75
-
No. 6
2,36
-
No. 16
1,18
-
No. 30
0,60
-
No. 50
0,003
-
No. 100
0,150
-
No. 200
0,075
-
c)      Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 ± 5)°C
d)     Alat pemisah contoh (sample spliter)
e)      Mesin penggetar saringan
f)       Talam-talam
g)      Kuas, sikat kawat, sendok, dan alat-alat lainnya
       Bahan
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau dengan cara penempatan. Berat dari contoh disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan pada tabel perangkat saringan.

             Prosedur Pemeriksaan
·         Benda uji dikeringkan di dalam oven dengan suhu (110 ± 5)° C sampai beratnya konstan
·         Benda uji dicurahkan pada perangkat saringan, susunan saringan dimulai dari saringan paling besar di atas. Perangkat saringan diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit.

3  
proses penimbangan agregat yang telah disaring

seperangkat saringan



Tabel Analisis Saringan Agregat Halus
Ukuran Saringan (mm)
Berat Tertahan (gram)
Persentase Tertahan
(%)
Persentase Tertahan Kumulatif
(%)
Persentase Lolos Kumulatif
(%)
SPEC ASTM C33-90



9.5
0
0
0
100
100

4.75
0
0
0
100
95-100

2.36
73
14.8
14.8
85.2
80-100

1.18
111
22.5
37.3
62.7
50-85

0.6
101
20.4
57.7
42.3
25-60

0.3
75
15
72.7
27.3
10-30

0.15
83
16.8
89.5
10.5
2-10

0.075
35
7.1
96.6
3.4


PAN
17
3.4
100.0
0


Modulus Kehalusan: 4.314


Modulus kehalusan =  4.314

            Analisis
Analisis saringan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah agregat halus yang ada layak atau tidak untuk digunakan. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa tidak terdapat agregat halus pada ukuran saringan 9.5 mm dan 4.75 mm yang dapat disebut dengan Gradasi Sela yaitu ketika pada salah satu atau lebih ukuran butir pada satu set tidak ada. Dapat dikatakan distribusi ukuran agregat halus tidak merata  sehingga kurang layak untuk digunakan. Karena untuk memperoleh campuran beton dengan kualitas beton yang baik, maka gradasi agregatnya harus menerus yaitu terdapat sejumalah agregat pada setiap ukuran saringan.

Analisis Saringan Agregat Kasar
            Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat kasar. Data perencanaan distribusi pada agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton. Pelaksanaan penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat halus dan agregat kasar. Alat yang digunakan adalah seperangkat saringan dengan ukuran jaring – jaring tertentu.
            Alat dan Bahan
      Alat
a)      Saringan no. 16 dan 200
b)      Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 ± 5)°C
c)      Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh
d)     Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
e)      Sekop
f)       Wadah pencuci benda uji dengan kapasitas yang cukup besar sehingga pada waktu diguncang – guncangkan benda uji/air tidak tumpah
       Bahan
Berat minimum contoh agregat tergantung pada ukuran maksimum dengan batasan sebagai berikut
·         2.36 mm (No.8)    = 100 gram
·         4.75 mm (No.4)    = 500 gram
·         9.6 mm (3/8”)       = 2000 gram
·         19.00 mm (3/4”)   = 2500 gram
·         38.00 mm (1.5”)   = 5000 gram
Berdasarkan batasan bahwa diameter maksimum agregat halus adalah yang lolos saringan no.4, maka berat minimum contoh agregat adalah 500 gram.
              Prosedur Percobaan
·         Contoh agregat kasar dituangkan ke dalam susunan saringan (susunan saringan dimulai dari yang diameter paling besar ke diameter paling kecil.
·         Susunan saringan paling atas ditutup, kemudian diguncangkan sehingga yang tersisa di dasar adalah agregat dengan ukuran yang sesuai. 
proses penyaringan agregat kasar

3.6.4     
 Tabel Analisis Saringan Agregat Kasar
Ukuran Saringan (mm)
Berat Tertahan (gr)
Persentase Tertahan
(%)
Persentase Tertahan Kumulatif
(%)
Persentase Lolos Kumulatif
(%)
SPEC ASTM C33-90



25
0
0
0
100
100

19
483
19.3
19.3
80.7
90-100

9.5
1845
73.9
93.2
6.8
20-55

4.75
170
6.8
100
0
0-10

2.38
0
0
100
0
0-5

PAN
0
0
100
0




Analisis Data
Analisis saringan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah agregat halus yang ada layak atau tidak untuk digunakan. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa tidak terdapat agregat halus pada ukuran saringan 25 mm dan 2.38
mm yang dapat disebut dengan Gradasi Sela yaitu ketika pada salah satu atau lebih ukuran butir pada satu set tidak ada. D
apat dikatakan distribusi ukuran agregat halus tidak merata  sehingga kurang layak untuk digunakan. Karena untuk memperoleh campuran beton dengan kualitas beton yang baik, maka gradasi agregatnya harus menerus yaitu terdapat sejumalah agregat pada setiap ukuran saringan.
3.  Pemeriksaan Zat Organik dalam Agregat Halus
  Tujuan Percobaan
Pemeriksaan zat organik pada agregat halus dimaksudkan untuk menentukan adanya bahan organik dalam agregat halus yang akan digunakan pada campuran beton. Kandungan bahan organik yang melebihi batas dapat mempengaruhi mutu beton yang direncanakan.
  Alat dan Bahan
       Alat
a)    Botol gelas tidak berwarna dengan volume sekitar 350 mL yang mempunyai tutup dari karet gabus atau lainnya yang tidak larut dalam NaOH
b)      Standard warna (Organik plate)
c)      Larutan NaOH 3%
      Bahan
Contoh pasir dengan volume 115 mL (1/3 volume botol)
Prosedur Percobaan
·         115 mL pasir dimasukkan ke dalam botol tembus pandang (kurang lebih 1/3 isi botol)
·         Larutan NaOH 3% ditambahkan. Setelah dikocok, isinya harus mencapai kira-kira ¾ volume botol
·         Botol tersebut ditutup dan dikocok hingga lumpur yang menempel pada agregat Nampak terpisah dan dibiarkan selama 24 jam agar lumpu tersebut mengendap
·         Setelah 24 jam, warna cairan yang terlihat dibandingkan dengan standar warna no.3 pada organic plate (apakah lebih tua atau lebih muda)
sebelum dan setelah didiamkan selama 24 jam              
 NaOH ditimbang sebelum dilarutkan
hasil pemeriksaan kadar zat organik dengan organic plate

organic plate


  Laporan Hasil Pengamatan
Warna air di atas pasir yang terdapat di dalam botol berubah menjadi kekuningan. Jika dibandingkan dengan organic plate maka sesuai dengan warna no. 2 menuju no 3 pada organic plate.

Analisis Data

Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh hasil percobaan berupa warna larutan yang kekuningan (No. 2-3). Warna larutan yang tidak menunjukkan warna hitam mengindikasikan bahwa pasir memiliki kandungan bahan organik dalam batas wajar. Secara Kuantitatif batas wajar yang diperbolehkan adalah warna No. 3 pada organic plate.Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa agregat mengandug zat organik dalam batas wajar sehingga agregat layak digunakan untuk mix design.


4. Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus
 Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan besarnya persentase kadar lumpur dalam agregat halus yang digunakan sebagai campuran beton. Kandungan lumpur < 5% merupakan ketentuan bagi penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton dengan kualitas yang baik.
 Alat dan Bahan
      Alat
a)      Gelas ukur
b)      Alat pengaduk
       Bahan
Contoh pasir secukupnya dalam kondisi lapangan dengan bahan pelarut biasa.
Prosedur Pemeriksaan
·      Contoh benda uji dimasukkan kedalam gelas ukurTambahkan air pada gelas ukur guna melarutkan lumpur
·         Gelas ukur dikocok untuk mencuci agregat halus dari lumpur
·         Simpan gelas pada tempat yang datar dan dibiarkan lumpur mengendap setelah 24 jam
·         Ukur tinggi lumpur (V2) dan tinggi pasir (V1
Pemeriksaan kadar lumpur

 Perhitungan
Volume lumpur: 5 ml
Volume pasir    : 50  mm
Kadar lumpur   : 5/(50+5) = 9.09 %
Analisis Data
Berdasarkan hasil percobaan kadar lumpur dalam agregat halus adalah 9.9%. Artinya agregat ini tidak baik bagi mix design beton. Karena syarat untuk dapat menghasilkan beton yang baik adalah kadar lumpur <5%.
5.  Pemeriksaan Kadar Air Agregat

            Tujuan Percobaan

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan. Yang dimaksud dengan kadar air agregat adalah perbandingan antara berat agregat dalam kondisi kering terhadap berat semula yang dinyatakan dalam  persen dan berfungsi sebagai koreksi terhadap pemakaian air untuk campuran beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat di lapangan.

            Alat dan Bahan          

       Alat

a)      Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh

b)      Oven yg bersuhu sampai 110,5oC

c)      Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tmp pengeringan benda uji

      Bahan

Berat minimum contoh agregat dengan diameter maksimum 5 mm adalah 0,5 kg

            Prosedur Percobaan

·         Talam ditimbang dan dicatat beratnya (W1)

·         Benda uji dimasukkan ke dalam talam, kemudian berat talam ditambah benda uji ditimbang. Berat dicatat sebagai W2.

·         Berat benda uji dihitung dengan persamaan W3=W2-W1

·         Contoh benda uji dikeringkan bersama talam dalam oven pada suhu (110 ± 5)oC hingga beratnya tetap

·         Setelah kering contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (W4)

·         Berat benda uji kering dihitung dengan persamaan W5=W4­­- W1


pengeringan muka agregat kasar

3.1.


pemeriksaan kadar air agregat halus




 Tabel  Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus

Observasi I (Kelompok A)
A.  Berat wadah
 149 gram
B.  Berat wadah + benda uji
1643  gram
C.  Berat benda uji (B-A)
1494 gram
D.  Berat benda uji kering
1334 gram

Kadar air :    


11.994 % [KA1]
Observasi II (Kelompok C)
          A. Berat wadah
148 gram
          B. Berat wadah + benda uji
1280 gram
          C. Berat benda uji (B-A)
1132 gram
         D. Berat benda uji kering
1020 gram
Kadar air :    


10.98 % [KA2]
Kadar air rata – rata
11.487 %



Tabel  Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar

Observasi I(Kelompok A)
A.                       Berat wadah
  149 gram
B.                        Berat wadah + benda uji
2267 gram
C.                        Berat benda uji (B-A)
2118 gram
D.                       Berat benda uji kering
1972 gram

Kadar air :    


7.403 % [KA1]
Observasi II
A.                       Berat wadah
161 gram
B.                        Berat wadah + benda uji
1280 gram
C.                        Berat benda uji (B-A)
1081 gram
D.                       Berat benda uji kering
1019 gram

Kadar air :    


5.735 % [KA2]
Kadar air rata – rata
6.569 %



             Analisis Data

Dari percobaan ini, didapatkan bahwa kadar air pada agregat kasar sebesar 6.569 %. Selain itu, didapatkan pula  kadar air pada agregat halus sebesar 11.487 %. Dari data tersebut didapatkan bahwa kadar air agregat halus lebih besar dari pada kadar air agregat kasar. Idealnya agregat kasar harus lebih besar angka kadar airnya dibandingkan agragat halus karena pori-pori agregat kasar cenderung lebih besar daripada pori-pori pada agregat halus. Hal ini disebabkan agregat halus sebelumnya ditempatkan di tempat yang lembab sedangkan agregat kasar di tempat yang kering.



6.  Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus

            Tujuan Percobaan

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan bulk and apparent Specific Gravity dan penyerapan (absorpsi) agregat halus menurut prosedur ASTM C128. Nilai ini diperlukan untuk menetapkan besarnya komposisi volume agregat dalam campuran beton.

            Alat dan Bahan

      Alat

a)      Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram dengan kapasitas minimum sebesar 1000 gram

b)      Piknometer dengan kapasitas 500 gram

c)      Cetakan kerucut pasir

d)     Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir

      Bahan

Berat contoh agregat halus disiapkan sebanyak 500 gram. Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah atau cara perempatan.

             Prosedur Percobaan

·         Agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering dengan indikasi contoh tercurah dengan baik.

·         Sebagian dari contoh dimasukkan ke dalam cetakan kerucut pasir (metal sand cone mold). Benda uji lalu dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper) dengan jumlah tumbukan sebanyak 25 kali setiap satu dari tiga bagian yang terisi. Kondisi SSD diperoleh ketika butir-butir pasir longsor/runtuh ketika cetakan tersebut diangkat.

·         Contoh agregat halus sebesar 500 gram dimasukkan ke dalam piknometer. Kemudian piknometer diisi dengan air sampai 90% penuh. Bebaskan gelembung-gelembung udara dengan cara menggoyang- goyangkan piknometer. Rendamlah piknometer dengan suhu air 73,43o F selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang berisi contoh dengan air.

·         Pisahkan benda uji dari piknometer dan keringkan pada suhu 213,13o F. Langkah ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam.

·         Timbanglah berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasi pada temperatur 73,43o F dengan ketelitian 0,1 gram.




pengecekkan pemeriksaan specific gravity agregat halus




oven untuk pengeringan





            Perhitungan

Apparent Specific-Gravity                               = E / (E + D - C)

Bulk Specific-Gravity Kondisi Kering             = E / (B + D - C)

Bulk Specific-Gravity Kondisi SSD                = B / (B + D - C)

Persentase Absorpsi                                        = ( B – E ) / E x 100%

Keterangan:

A = Berat piknometer

B = Berat contoh kondisi SSD

C = Berat piknometer + contoh + air

D = Berat piknometer + air

E = Berat contoh kering

Tabel Penentuan Specific Gravity Agregat Halus

Observasi I (Kelompok A)
A.    Berat Piknometer
  171 gram
B.    Berat contoh kondisi SSD
  500 gram
C.    Berat piknometer + air + contoh SSD
955 gram
D.    Berat piknometer + air
669 gram
E.     Berat contoh kering
  454 gram

Apparent Spesific Gravity :    


2.7 %


Bulk Spesific Gravity (Kering) :    


2.12 %

Bulk Spesific Gravity (SSD) :    


2.336 %

Persentase Absorpsi Air :    


10.132 %
Observasi II (Kelompok C)
A.    Berat Piknometer
171 gram
B.    Berat contoh kondisi SSD
500 gram
C.    Berat piknometer + air + contoh SSD
957 gram
D.    Berat piknometer + air
668 gram
E.     Berat contoh kering
425 gram

Apparent Spesific Gravity :    


3.125 %

Bulk Spesific Gravity (Kering) :    


2.084 %

Bulk Spesific Gravity (SSD) :    


2.343 %

Persentase Absorpsi Air :    


12.477 %
Rata – Rata
Apparent Specific Gravity
2.9125
Bulk Specific Gravity (kering)
2.102
Bulk Specific Gravity (SSD)
2.3395
Persentase Absorpsi Air
11.3045





            Analisis Data

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan apparent specific gravity, bulk specific gravity kering, bulk specific gravity pada saat SSD, dan presentase absorpsi air agregat halus berturut-turut adalah 2,9125%, 2,102%,  2,3395%, 11.3045%. Data-data tersebutakan digunakan untuk menghitung koreksi berat agregat halus dan air pada mix design. Berat agregat halus harus dikoreksi karena diasumsikan semua agregat halus dalam kondisi SSD namun pada kenyataannya tidak demikian.



Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

Tujuan Percobaan

Percobaan ini bertujuan menentukan bulk dan apparent specific grafity dan penyerapan/absorbsi dari agregat kasar menurut ASTM C 127. Nilai ini nantinya akan digunakan untuk menetapkan besaran komposisi volume agregat dalam adukan beton.

             Alat dan Bahan

       Alat

a)      Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram dan kapasitas minimum 5 Kg

b)      Keranjang besi dengan diameter 203,2 mm (8”) dan tinggi 63,5 mm (2,5”)

c)      Alat penggantung keranjang

d)     Oven

e)      Handuk atau kain pel

Bahan

Sebelas liter (sekitar 3 kg) agregat dalam keadaan SSD, yang didapat dari cara pengambilan sample dengan alat pemisah atau cara perempatan. Untuk agregat lewat saringan No 4 tidak diperkenankan sebagai benda uji.

  

Prosedur Percobaan

·           Benda uji direndam selama 24 jam

·           Benda uji digulung dengan handuk, sehingga air permukaan habis, tetapi harus masih tampak lembab (kondisi SSD) , kemudian timbang benda uji.

·           Benda uji dimasukkan kedalam keranjang dan rendam kembali kedalam air. Temperatur air (73,4± 3) 0F dan kemudian timbang kembali. Sebelum menimbang, conatainer diisi dengan benda uji, lalu digoyang – goyangkan didalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap.

·           Keringkan benda uji pada temperatur (212 ± 130) 0F, kemudian didinginkan dan ditimbang


Agregat kasar spesi pemeriksaan SG yang telah kering





proses penimbangan





 

 Perhitungan

Apparent Specific grafity                    

Bulk Specific grafity kondisi kering    

Bulk Specific grafity kondisi SSD       

Persentase absorbsi                           

Keterangan:

A = berat (gram) contoh SSD

B = berat (gram) contoh dalam air

C = berat (gram) kering di udara





Tabel Penentuan Specific Gravity Agregat Kasar

Observasi I (Kelompok A)
A.    Berat SSD
  3000 gram
B.    Berat contoh dalam air
1949.5 gram
C.    Berat contoh kering di udara
2890 gram

Apparent Spesific Gravity :    


3.072%


Bulk Spesific Gravity (Kering) :    


2.751%

Bulk Spesific Gravity (SSD) :    


2.855%

Persentase Absorpsi Air :    


3.81 %
Observasi II (Kelompok C)
A.    Berat SSD
2784 gram
B.    Berat contoh dalam air
1713.5 gram
C.    Berat contoh kering di udara
2677 gram

Apparent Spesific Gravity :    


2.778%

Bulk Spesific Gravity (Kering) :    


2.501%

Bulk Spesific Gravity (SSD) :    


2.601%

Persentase Absorpsi Air :    


3.997 %
Rata – Rata
Apparent Specific Gravity
2.925%
Bulk Specific Gravity (kering)
2.626%
Bulk Specific Gravity (SSD)
2.728%
Persentase Absorpsi Air
3.9035%



Analisis Data

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan apparent specific gravity, bulk specific gravity kering, bulk specific gravity pada saat SSD, dan presentase absorpsi air agregat kasar berturut-turut adalah 2.925%, 2.626%,  2.728%, 3.9035%. Data-data tersebutakan digunakan untuk menghitung koreksi berat agregat kasar dan air pada mix design. Berat agregat kasar harus dikoreksi karena diasumsikan semua agregat kasar dalam kondisi SSD namun pada kenyataannya tidak demikian.


Sekian semi laporan praktikum hari pertama saya. Semoga ilmu tersebut dapat berkah dunia akhirat. Amiiiiiin

#Yuk berbagi ilmu dengan niat karena Allah
#YolaKL15516023
id line : yola_yla
ig : @yolasans







Praktikum Bahan Bangunan Laut ke 5

Pengujian Kekuatan Hancur Beton  Umur 14 Hari Kamis 02 November 2017, pengujian kuat beton selanjutnya adalah pengujian be...